Antara Aku, Mentayan dan Calon Wanita Masa Depan

Cerita saya ketika mengajar pacar jalan ke Mentayan

Pacar saya itu orangnya plin plan. Bukan, bukan plin plan dalam artian hari ini panggil Abang, besoknya panggil Sayang dan besoknya lagi panggil Mas. Untuk panggilan yang terakhir tersebut, walau masih mempunyai darah keturunan Jawa dari garis Bapak, tapi tetap saja saya merasa aneh saat di panggil Mas. Tapi mungkin segala keanehan tersebut lambat laun akan menjadi kebiasaan. Sebab kenyataannya banyak orang-orang kantoran yang memanggil saya Mas. Iya, Mas Hatim.

KOK KAYAK ADA ROMANTIS-ROMANTISNYA YA? Hahaha

Jadi plin plan yang saya maksudkan seperti ini :

“Jadi kapan nih kepastian kita ketemu, Rabu atau Sabtu?”
“Rabu aja kayaknya”
“Iya, Rabu tanggal 28 Oktober. Sesuai dengan tanggal jadian kita kan”.
“Haah.. Tapi kalau Rabu, barang **** belum sampai”
“Ya udah, kalau gitu hari Sabtu aja”
“Okey! Hari Sabtu. Eh, tapi hari Sabtu kelamaan”
 “…”

Selain plin plan, pacar saya juga suka badmood. Kalau dia sedang badmood, semua jadi serba tak kena. Sudah sama kayak kena ultimate-nya Lesley. Mau menghindar serba salah, mau mendekat sudah pasti kalah. Jadi daripada nambah-nambah masalah, mending pura-pura mati ajalah. Hahaha

Cara melihat pacar saya sedang badmood itu gampang. Lihat saja balasan chatnya. Kalau di tanya dia cuma jawab satu kata tanpa bertanya balik, itu sudah pasti mood nya sedang tidak baik.

“Sayang!!!”
“Iya”
“Lagi apa yank?”
“Goleng”
“Dah makan?”
“Dah”
“(bingung mau nanya apalagi)”

Kadang tidak jarang saya chat panjang lebar, dia cuma kasih emot doang. Sudah penat-penat ngetik panjang lebar, di balasnya singkat. Saya kan jadi curiga. Iya, saya curiga yang balas chatnya bukan dia, tapi ayahnya. Hahaha

Antara Aku, Mentayan dan Calon Wanita Masa Depan
Foto hanya sebagai ilustrasi (sumber : Instagram Unaa TikTok)


Walaupun tidak mampu mengontrol mood dengan baik tapi harus saya akui kalau dia cewek yang baik dan selalu asyik di ajak ngomongin apa saja. Selain itu dia tipikal cewek yang mau di ajak berjuang bersama. Jujur, sampai saat inipun saya tidak mengerti kenapa dia memilih saya. Padahal di luar sana banyak yang lebih segala-galanya. Hal ini sudah cukup membuktikan kalau yang ber-uang akan kalah dengan yang rajin pergi ke dukun. Hahaha

***

Setelah pertemuan tanggal 22 Oktober 2020 yang lalu, hari-hari menjelang tanggal 28 Oktober terasa berjalan sangat lambat. Sudah sama kayak menunggu siput gayah menyeberangi Jembatan Agong. Lambat, sangat lambat.

Belum lagi harus menerima kenyataan kalau pertemuan yang biasanya setiap tanggal 28 di undur menjadi tanggal 31. Iya, 31 Oktober 2020.

Kalau rindu jangan di tanya lagi. Sudah kayak memikul 100 KG kapas tapi dalam keadaan basah. Setiap kali berharap bertemu dia dalam mimpi tapi malah mimpinya ketemu Jol. Saya curiga, jangan-jangan Jol salah baca mantra. Hahaha

***

Sudah lama kami berniat pergi ke Mentayan, tempat wisata yang sedang viral bagi masyarakat Pulau Bengkalis. Hamparan sawah yang luas mengingatkan saya dengan penggalan puisi Malam Pinangan karya M. Badri

Aku ingin menanami hamparan sawah yang memanjang di hatimu // Dengan padi-padi yang tumbuh dari gairah jiwaku // Lalu kualiri dengan sungai yang memancar di lubuk rindu

Jadi suatu malam saya chat pacar seperti ini :

“Yank, Sabtu besok tuh kito ke Mentayan yukk”
“Boleh, tapi jangan lamo-lamo e di sano”
“Lah, memangnya kenapo, yank?”
“Tak terlalu suko keramaian soalnya”
“Yang namonya tempat wisata sudah pasti ramai, yank. Yang tak ramai itu areal perkuburan”.
“…”

Jadi, menjelang tanggal 31 Oktober tuh, saya bukan cuma sibuk dengan kegiatan sehari-hari tapi juga sibuk menjaga mood pacar agar tetap baik-baik saja.  Tapi sudah berusaha sekuat mungkin, tetap saja dia badmood. Bawaannya diam melulu. Untung tidak diam-diam menikah sama orang lain. Karena menurut saya, sejahat-jahatnya pacar adalah pacar yang tiba-tiba pergi tanpa sebuah alasan pasti dan setelah bertahun-tahun kemudian ingin kembali lagi dengan alasan “aku masih sayang sama kamu”.

Lho, kok kayak sedang curhat? Hahaha

***

Pagi Sabtu saya chat pacar, tapi dia cuek-cuek saja. Kalau sudah begini, rasanya saya pengen bilang :

Jangan cuek-cuek sayang, posisiku sekarang lagi banyak yang tanya “Kapan putus sama pacarmu?”

Tapi tak jadi. Bukan karena takut pacar tambah badmood, tapi memang kenyataannya nggak ada yang nanya seperti itu. Wkwkwk

Tengah hari Sabtu nya saya chat :

“Yank! Jadikan ketemu hari ini?”
“Hmmm”
“Tak mau e krno masih kesal samo abg”
“Istirahatlah”
“Tak jadi ketemu?”
“Buat ape?”
“Lah.. Kan kt sudah menunggu hri ini yank”
“Tak payah, rehat j lah”
“Ya udah klo nggak mau. Tak ap2. Sayang istirahat lah”
“Berharap sangat ke?”

“Klo yang ini abg tak mw bilang dw”

“Ooh”

Ada jeda sekian menit, sebelum kembali ada chat masuk. Dia mengirimkan sebuah foto.

“**** di umah Tika ni”
“Ooo iy lah sayang. Nggak apa-apa kok”

Saat saya mengetahui kalau posisi dia sekarang tidak sedang dirumah dan waktu sudah menunjukkan pukul 12.12 WIB, kecil kemungkinan pertemuan hari itu akan menjadi kenyataan. Logika sederhananya seperti ini :

Dia di rumah teman, belum siap-siap. Sementara hari sudah pukul 12.12 WIB. Mana sempat pergi ke Mentayan dan pulang lagi sebelum Maghrib sebab tempatnya lumayan jauh. Kita sama-sama tahu kalau nunggu cewek bersiap-siap, kita bisa membersihkan candi 5 kali, cuci motor 100 unit dan membantu Naruto mengalahkan Madara untuk memenangkan perang dunia ninja.

Jadi saya sudah pasrah. Saya ambil handuk di kamar, kemudian pergi mandi.

Saat saya sedang mandi, sayup-sayup saya mendengar bunyi Honda Beat lewat. Honda yang sangat saya kenal. Secara otomatis seperti ada yang mendorong saya keluar kamar mandi untuk memastikan bahwa yang lewat itu beneran pacar saya atau bukan. Sudah 2 langkah keluar dari kamar mandi, saya baru sadar kalau saat itu saya cuma pakai celana pendek dengan kepala dan badan penuh sabun. Hahaha

Jadi saya cepat-cepat selesaikan mandi. Setelah berwudhu langsung ke kamar. Saya lihat lampu hp berkedap-kedip pertanda ada notifikasi masuk yang belum di buka. Benar saja, ada sebuah chat WhatsApp masuk :

“Sholatlah!!! Siap-siaplah, nanti tunggu **** tempat biase”

Saat membaca chat tersebut, saya langsung tertawa sejadi-jadinya. Di chat bukan main kalem, tapi lewat tadi bukan main cepat bawa Honda. Got depan rumah slow saja di langgar tanpa di rem lagi saking buru-burunya. Hahaha

Seperti biasa, saya yang rindu, tapi dia yang tak sabaran ingin bertemu.

Setelah Sholat Dzuhur, saya langsung tancap gas. Menunggu di tempat biasa.

***

Jadi kami pergi ke Mentayan pakai Honda Beat dia. Tak tahu kenapa dia tak mau pakai V-Ixion saya. Kakak saya bilang sama dia “Kenapa nggak pakai V-Ixion aja? Cepat sampai”. Dia diam saja.

Jujur, saya tidak percaya dia mau pakai Beat hanya karena alasan lebih nyaman. Saya yakin, dia sengaja memilih Beat agar lebih lama di jalan dan tidak ingin cepat-cepat berpisah sama saya. Hahaha

Sepanjang jalan, dia lebih banyak diam. Saya ngajak dia ngobrol tapi cuma di jawab alakadarnya doang. Eh, tapi menjelang sampai ke Mentayan, dia bertanya :

“Masih jauh tempatnya, bang?”
“Tidak terlalu jauh kok, yank. Ujung jalan ini sampailah kito”
“Ha… Jangan terlalu lamo e di sano”
“Iyolah, sayang”.
“Haah… Jangan terlalu lamo. Paling cepat 2 jam lah disano”
“HA-HA-HA”

Saat dia bilang seperti itu, kembali ketawa saya meledak. Dalam tak mau lama tadi, 2 jam. Itupun paling cepat. Kalau paling lamanya seperti apa? Bisa-bisa sampai subuh disana. Hahaha

Saat kami sampai ke Mentayan, hari benar-benar panas. Sinar matahari yang jatuh ke permukaan tanaman padi membuat padi jadi berwarna kuning gading. Benar-benar sempurna.

Di Mentayan, kami berdua foto-foto.

“Bang, foto yukk tapi pakai hp abang”
“Okey! Mau foto di mana?”
“Di situ. Di tempat duduk yang itu”
“Okey”
“Eh, tapi kalau tak elok nanti langsung hapus e”
“Iya, bawel”
“…”

Pas foto-foto

“Bang, foto nya jangan dari situ. Nggak kelihatan. Dekat lagi lah”
“Okey”
“Jangan terlalu dekat, bang. **** nampak gendut”
“…”

Cewek itu memang selalu ribet. Cita-cita pengen kurus tapi hobby nya makan melulu. Hahaha

***

Kami tidak terlalu lama di Mentayan, selain cuaca semakin panas, hari juga sudah semakin petang. Tidak tahu kenapa, kalau sama dia, waktu seakan berjalan 3 kali lebih cepat.

Jadi kami memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang, kami singgah dulu beli air dan es krim di kedai pinggir jalan. Kami menikmati es krim sambil duduk depan kedai tersebut. Mungkin benar kata orang-orang es krim bisa mencairkan suasana. Terbukti setelah makan es krim, mood nya sudah berangsur baik kembali. Dalam perjalanan pulang, kami lebih banyak tertawa. Apalagi saat dia bercerita dengan polosnya kalau dia tiga kali gonta ganti baju hanya untuk tampil special depan saya. Dalam hati saya berkata “Kemaren bilangnya nggak ada baju”.

Setelah makan sate padang, kami pergi beli buah-buahan di depan Masjid Istiqomah. Setelah semuanya selesai, kami pun pulang dengan santai. Menjelang sampai ke tempat saya meletak kan motor tadi, dia bilang seperti ini :

“Bang, nanti antar **** sampai ke rumah e”
“Lah, terus Honda abang macam mano?”
“Antar dulu **** sampai rumah, nanti **** antar balek jemput Honda abg”
“Heleh, bilang ajo tak rela berpisah samo abg”
“Tak ado macam gitu dw aaa”
“Mako nya lain kali kalau jumpo tu jangan diam-diam ajo”
“Abang aaa”

Inilah dia yang sesungguhnya. Terlalu gengsi walau hanya sekedar bilang rindu, tapi pada kenyataan nya dia yang paling semangat untuk bertemu.

Dan dibawah hari yang mulai kehilangan panas, ada sedikit rindu yang terbalas.

S E L E S A I
LihatTutupKomentar
Cancel

Silahkan tinggalkan komentar terkait tulisan di atas. Gunakan bahasa yang baik dan sopan. Terima kasih!