Jalan Yukk

Cerita saya ketika mengajak pacar jalan dadakan

Saya dan pacar punya satu kebiasaan unik. Kami hanya bertemu satu kali dalam satu bulan. Tepat di tanggal jadian kami, yakni tanggal 28. Teman-teman yang mengetahui kebiasaan ini banyak yang heran kemudian bertanya “Kalian bertemu satu kali dalam satu bulan, apa tidak rindu? Aku saja yang ketemu tiap 3 hari sekali tetap saja rindu".

Kalau di tanya apakah aku tidak rindu sama dia? Aku akan jawab “Tak ada hari yang aku lewatkan tanpa merindukan dia. Rasanya ingin aku tarik matahari agar siang cepat berganti malam dan malam cepat berganti siang, agar aku bisa cepat bertemu dengannya”.

Terhitung mulai pertama kali jadian sampai sekarang, kami tetap konsisten memegang teguh kebiasaan tersebut. Bertemu sekali sebulan ini memiliki dua keuntungan :

  • Lebih menghargai pertemuan

Banyak teman-teman saya yang sering melakukan pertemuan tapi roh dari pertemuan itu sendiri tidak terasa. Mereka sibuk dengan hp nya masing-masing. Kemudian bertengkar untuk hal-hal yang tidak penting. Sedangkan kami yang bertemu sebulan sekali ini jadi lebih menghargai pertemuan. Mungkin karena  sadar bagaimana sulitnya menahan kerinduan. Jadi setelah bertemu, sayang sekali kalau hanya sibuk sendiri-sendiri. Bahkan kami berdua membuat semacam perjanjian tidak tertulis bahwa saat bertemu tidak boleh main hp kecuali untuk urusan yang sangat penting dan foto-foto berdua tentunya.

  • Lebih hemat

Bayangkan kalau setiap kali bertemu habis Rp. 200.000; untuk makan, bensin dll. Dalam satu bulan ada 4 atau 5 kali pertemuan. Paling tidak sudah habis lebih kurang Rp. 1.000.000; untuk satu bulan. Apakah salah? Tidak ada yang salah. Cuma kalau uang segitu besar hanya di gunakan untuk bertemu dan setiap bertemu cuma sibuk dengan hp masing-masing menurut saya sangat di sayangkan sekali.

Dan saya bersyukur punya pacar yang sangat pengertian. Dia tidak masalah bertemu satu bulan sekali. Bahkan sangat menyetujui nya. Sebab dia pernah bilang, dari pada uang nya di habiskan untuk pertemuan yang terlalu sering, mending di tabung saja. Hitung-hitung biar tabungan saya cepat cukup dan segera melamar dia. Aaa… Jadi makin sayang.

***

Tapi hari Kamis semalam, saya benar-benar di amuk oleh rindu. Saya lihat di Hp baru tanggal 22 Oktober, masih ada 6 hari lagi sebelum bertemu dengan sang pujaan hati. Tidak tahu kenapa, hari itu saya benar-benar rindu sama dia. Saya coba untuk menahan diri. Tapi semakin di tahan semakin mau gila rasanya. Buka Hp nampak foto dia yang jadi background WA. Buka dompet nampak foto dia yang sengaja saya letak di situ sebagai pengingat supaya setiap kali saya ingin boros, saya ingat ada dia yang harus segera di halalkan. Mau menyibukkan kerja di depan laptop, saya baru ingat kalau di atas meja kerja saya juga ada foto dia. Lengkap sudah pengukuh rindu di dalam dada ini.

Jalan Yukk
Foto hanya sebagai ilustrasi (sumber : Instagram Unaa TikTok)


Rindu kali benar-benar tidak bisa hilang hanya dengan menulis story “Saat rindu, aku hanya bisa memandangi fotomu. Dalam hatiku berdoa, semoga waktu bisa berjalan 3 kali lebih cepat” di WhatsApp.

Saya awal nya menyadari kalau saya benar-benar rindu hari rabu semalam. Pagi-pagi sekali kami sudah video call-an. Dia bilang hari ini ada rapat di kampus. Sedangkan saya, pukul 08.00 pagi harus ke Kantor Desa karena ada kegiatan seleksi wawancara calon anggota KPPS. Dia pulang rapat  pukul 11.00 siang dan saya pulang pukul 15.35 sore. Setelah sholat ashar dan istirahat sebentar, emak minta di antarkan ke rumah pak cik di Kelapapati Darat. Kami pulang dari rumah pak cik setelah sholat Maghrib dan sampai di rumah pukul 19.40 malam.

Setelah sholat Isya, saya chat dia. Chat kayak biasa-biasa aja. Tapi tak tahu kenapa, di saat rindu menyesak di dada, saya malah mengajukan pertanyaan super konyol yang membuat dia tiba-tiba jadi badmood.

Sumpah, nyesal banget. Kok saya tiba-tiba jadi kayak cewek yang kalau rindu tak mau bilang karena gengsi tapi sengaja cari gara-gara biar punya alasan untuk kelahi.

Jadi karena badmood tersebut, pukul 20.54 malam kami sudah selesai chat. Dia sudah tidak online lagi. Sedangkan saya, diam saja dalam gelap dengan rindu yang menggebu dan perasaan bersalah yang tiba-tiba datang seperti hantu.

Pagi-pagi saya chat dia. Dan dia balas kayak biasa. Saya lihat di luar rumah, gerimis. Jadi ingat kalau saat itu saya sedang rindu-rindunya. Saya tidak tahu, mana yang lebih banyak antara rintik hujan yang turun ke bumi atau rindu yang saya miliki.

Intinya hari itu saya benar-benar rindu. Saya sudah di tahap sangat ingin bertemu. Kalau menunggu 6 hari lagi terlalu lama.

Jadi pukul 12.38 siang, saya chat dia.

“Sayang”
“Yaa”
“Masuk kuliah yank?”
“Tidak”
“Petang nih kemano?”
“Belum tau…”
“Demam dak?”
“Tak ape apee”
“Serius lah? Sayang sedang sehat atau demam? Jujur”
“Nak jawab macam mane lagi??”
“Jalan yukk”
“(emot tak percaya)”

Iya, dia tidak percaya. Sampai-sampai dia bilang “Ini ngapain sih. Kalau nak bercanda tu jangan lah ginii”.

Karena saya tidak bercanda, saya langsung video call dia.

“Yank, jalan yukk”
“Abg nih dah knp?”
“Tak kenapa2 dw. Cuma rindu aja. Yukk lah jalan. Sekejap aja”
“Jalan kemano?”
“Pergi makan bakso aja”
“Tak nak lah aaa. Ngajak nya tiba-tiba gitu. **** tak ada baju. Baju cuci semua pagi tadi, blum kering”
“Hahahaha”

Sumpah pas dia bilang macam gitu, saya gelak sejadi-jadinya. Cewek memang macam gitu, ibarat kata “Pantang siang beli baju”, tapi pas di ajak jalan tetap saja alasan utama nya tak ada baju.

Setelah video call singkat, saya kembali chat, ngajak dia ketemu. Tapi ceklis 2

Saya ingat dia nggak mau karena alasan apa gitu. Jadi saya santai aja. Saya tinggalkan mandi dulu. Setelah mandi, saya berjalan ke rumah depan untuk ambil pakaian. Eh, tiba-tiba saya lihat dia lewat. Ingatkan tak jadi pergi tadi. Saya yang masih memakai handuk jadi kebingungan. Belum berpakaian, belum sholat juga.

Ini moment yang paling berkesan buat saya. Saya yang rindu, ingin ketemu, eh dia yang lebih bersemangat. Padahal pas di video call tadi, dia kalem-kalem aja. Hahaha

Setelah berpakaian dan sholat Zuhur, saya langsung menyusul dia. Saya bawa motor dengan kecepatan di atas rata-rata tapi kok saya nggak ketemu-ketemu dia. Cepat banget dia bawa motor nya. Belum lama lewat tapi kok sudah menghilang saja

***

Saya berhasil menyusul dia di Penampi. Dia baca chat saya yang bilang kalau saya baru mulai bergerak. Jadi dia sengaja memperlambat motor nya. Setelah meletak motor saya di rumah kakak. Kami pergi jalan berdua menggunakan motor dia.

Terkadang saya heran, setiap kali kami jalan, selalu pakai motor dia. Padahal saya pengen sangat bisa boncengan pakai motor saya. Dia selalu bilang “Pakai motor Beat ini aja. Lebih nyaman”. Tapi benarkah lebih nyaman Beat di bandingkan V-Ixion?

Setelah beberapa kali jalan menggunakan Beat, saya rasa beneran nyaman. Iya, nyaman di peluk dia dari belakang. Hahaha

Setelah makan bakso tenis di sebelah Hotel Surya, kami ke MM beli roti dan es krim. Kemudian duduk di taman Pelabuhan Bandar Sri Laksmana.

Di sini kami duduk sambil bercerita banyak hal. Kadang tertawa, kadang serius.

Dia cerita panjang lebar kalau mantan pacar nya sering chat kemudian ngajak balikan gitu. Malah membawa-bawa alasan karena orang tua nya sudah tahu segala. Dan itu membuatnya terganggu. Sebab di saat dia sudah mulai bahagia, kenapa masa lalu kembali hadir.

Saat dia cerita, saya mendengarkan dengan seksama. Tidak sekali pun saya menyela. Sebab saya paham, terkadang cewek cerita hanya minta di dengar. Bukan di komentari.

Saat dia bercerita, sejuta perasaan berkecamuk di hati saya. Ada cemburu, ada juga rasa rendah diri. Saat itu saya hanya bisa diam, kemudian berdiri memandangi laut luas. Jujur, saya sangat menyayanginya. Dari awal pacaran, saya sudah berniat menjadikannya seorang istri. Tapi saya sadar, saat saya berharap dengan sepenuh hati, saya harus siap untuk kembali patah hati.

Setelah dia selesai cerita, saya kembali duduk. Saya pegang tangan dia, kemudian saya bilang “Yang berlalu, biar lah berlalu. Yang saat ini ada, mari kita perjuangkan sama-sama”.

Dia cuma diam. Saya tahu saat itu bathin nya sedang tergoncang. Saya bilang “Sayang, tatap mata abg. Setelah semua ini kita lewati sama-sama, sayang mau menyerah begitu saja?”.

Dia tidak berani menatap. Tapi dia bilang “Iya, **** menyerah!!!”

Ada jeda yang tidak enak sebelum dia menyambung kalimat di atas dengan kalimat “MENYERAHKAN DIRI SAMA ABANG”.

Seketika itu, meledaklah tawa saya. Di saat bathin nya sedang terguncang, dia masih sempat-sempatnya membuat saya terbang.

***

Jadi setelah bilang seperti itu, dia sudah mulai bisa tersenyum. Kami kembali membicarakan banyak hal yang kadang-kadang diselingi dengan gelak tawa. Setelah foto berdua beberapa kali, kami memutuskan untuk pulang karena sinar matahari sudah mulai menghilang.

Mungkin dia tidak cukup dewasa untuk menerima kejadian di masa lalunya, tapi saya percaya dia cukup dewasa untuk memilih yang terbaik untuk masa depannya.

S E L E S A I
LihatTutupKomentar
Cancel

Silahkan tinggalkan komentar terkait tulisan di atas. Gunakan bahasa yang baik dan sopan. Terima kasih!